Unknown | 20.47 |
Kreatifitas
Strategi yang digunakan produsen barang mewah ternama seperti Louis
Vuitton dan merek terkenal lainnya untuk menarik konsumen, tampaknya
butuh biaya mahal.
Mereka tak hanya menebar barangnya di sejumlah pusat perbelanjaan, namun
sekaligus membuka gerai sendiri di kota-kota besar China. Negeri ini
memang jadi incaran produsen dengan merek terkenal, mengingat
pertumbuhan orang kaya di China merupakan yang tertinggi di dunia.
Prancis masih menjadi kata ampuh untuk dijual. Jualan produsen barang
mewah selain merek, produknya dibuat secara internal, bukan pemasok, dan
meyakinkan konsumen bahwa semuanya dihasilkan oleh produksi tangan
orang Prancis.
Kendati demikian, belum tentu mudah meyakinkan konsumen di pasar yang
sedang berkembang bahwa karya tangan lebih baik dari buatan mesin.
Maklum, di negara seperti China maupun Indonesia, barang buatan tangan
tergolong usaha kecil dan menengah.
Tapi untuk mendapatkan sepatu pria karya tangan Pierre Corthay, tidak
bisa langsung. Harus pesan dulu setidaknya enam bulan, barulah sepatu
dari kulit buaya dan gajah jadi. Silakan rogoh kocek 3.000 euro.
Belum lama ini, Corthay bekerja sama dengan Groupe Edmond de Rothschild
mensponsori perjalanan calon klien terpilih dengan kendaraan sport
mewah. Xavier de Royere, Kepala Eksekutif Corthay menyatakan bahwa
kegiatan itu memang mahal, tapi sesuai dengan keinginan menciptakan
kesan glamor pada mereknya.
"Orang China tidak banyak yang mengerti kami," kata Royere yang
sebelumnya bekerja untuk Louis Vuitton, kepada Reuters. "Di negara itu,
toko kecil seperti kami di luar perhatian, karena mereka selalu melihat
yang besar-besar. Banyak pilihan. Dan harga yang besar (mahal) pula.
jadi: big, big, big."
Tampaknya konsumen China menarik bagi produsen barang mewah, namun
membuka toko di negara tersebut harus dipikir ulang. Mereka tergolong
konsumen papan atas yang berbeda dengan Eropa ataupun Amerika. Perlu
biaya mahal untuk membuat mereka hadir.
Karena itulah, Royere lebih memilih buka toko di Hong Hong - konsumen
China paling banyak ke kota ini - dan Dubai. Toko di China? "Kami belum
ada rencana, setidaknya hingga tahun depan."
Hong Kong oleh banyak perusahaan barang mewah, dijadikan ajang untuk
mengenali konsumen China, sebelum akhirnya masuk ke Negeri Tirai Bambu.
"Itu yang tepat. Dari Hong Kong baru pergi ke China daratan," ujar
Ponsolle des Portes, Kepala Comite Colbert, perusahaan pelobi untuk
industri barang mewah.
Begitulah yang mereka lakukan untuk areal pasar yang pasar barang
mewahnya tumbuh 19 persen, lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain.
Bahkan tahun 2014 pasar Asia diperkirakan mulai sebanding dengan pasar
Amerika.