screen saver,Kursor, judul berjalan

Jiraiya

Selasa, 07 Agustus 2012

Taktik Perusahaan Besar Memburu Konsumen

Unknown | 20.47 | Strategi yang digunakan produsen barang mewah ternama seperti Louis Vuitton dan merek terkenal lainnya untuk menarik konsumen, tampaknya butuh biaya mahal.

Mereka tak hanya menebar barangnya di sejumlah pusat perbelanjaan, namun sekaligus membuka gerai sendiri di kota-kota besar China. Negeri ini memang jadi incaran produsen dengan merek terkenal, mengingat pertumbuhan orang kaya di China merupakan yang tertinggi di dunia.

Prancis masih menjadi kata ampuh untuk dijual. Jualan produsen barang mewah selain merek, produknya dibuat secara internal, bukan pemasok, dan meyakinkan konsumen bahwa semuanya dihasilkan oleh produksi tangan
orang Prancis.

Kendati demikian, belum tentu mudah meyakinkan konsumen di pasar yang sedang berkembang bahwa karya tangan lebih baik dari buatan mesin. Maklum, di negara seperti China maupun Indonesia, barang buatan tangan
tergolong usaha kecil dan menengah.

Tapi untuk mendapatkan sepatu pria karya tangan Pierre Corthay, tidak bisa langsung. Harus pesan dulu setidaknya enam bulan, barulah sepatu dari kulit buaya dan gajah jadi. Silakan rogoh kocek 3.000 euro.

Belum lama ini, Corthay bekerja sama dengan Groupe Edmond de Rothschild mensponsori perjalanan calon klien terpilih dengan kendaraan sport mewah. Xavier de Royere, Kepala Eksekutif Corthay menyatakan bahwa kegiatan itu memang mahal, tapi sesuai dengan keinginan menciptakan kesan glamor pada mereknya.

"Orang China tidak banyak yang mengerti kami," kata Royere yang sebelumnya bekerja untuk Louis Vuitton, kepada Reuters. "Di negara itu, toko kecil seperti kami di luar perhatian, karena mereka selalu melihat yang besar-besar. Banyak pilihan. Dan harga yang besar (mahal) pula. jadi: big, big, big."



Tampaknya konsumen China menarik bagi produsen barang mewah, namun membuka toko di negara tersebut harus dipikir ulang. Mereka tergolong konsumen papan atas yang berbeda dengan Eropa ataupun Amerika. Perlu biaya mahal untuk membuat mereka hadir.

Karena itulah, Royere lebih memilih buka toko di Hong Hong - konsumen China paling banyak ke kota ini - dan Dubai. Toko di China? "Kami belum ada rencana, setidaknya hingga tahun depan."

Hong Kong oleh banyak perusahaan barang mewah, dijadikan ajang untuk mengenali konsumen China, sebelum akhirnya masuk ke Negeri Tirai Bambu.

"Itu yang tepat. Dari Hong Kong baru pergi ke China daratan," ujar Ponsolle des Portes, Kepala Comite Colbert, perusahaan pelobi untuk industri barang mewah.

Begitulah yang mereka lakukan untuk areal pasar yang pasar barang mewahnya tumbuh 19 persen, lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain. Bahkan tahun 2014 pasar Asia diperkirakan mulai sebanding dengan pasar Amerika.
Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Digg
Facebook
Reddit
Feed

Stickybar with social Plugins

Liked us?